Fantasiku Jadi Kenyataan (1)

Kakakku sering bercerita perihal betapa kagumnya dia dengan Albert. Bukan hanya karena pendidikannya yang tinggi dan diusia yang masih tergolong muda (30 thn) mempunyai karir bagus sebagai senior manager di sebuah bank swasta, tetapi juga karena secara fisik memang Albert mempunyai tubuh yang atletis, bersih dan muka yang elok. Sifatnya yang sangat dewasa dan peduli sama orang mungkin merupakan pengaruh dari karirnya sebagai seorang banker yang profesional.
Menurutku...justru Albert adalah seorang laki-laki yang sangat beruntung bisa mencuri hati kakakku yang masih kuliah di universitas swasta terkenal di Jakarta. Raut wajah Riska yang sangat cantik, badan yang langsing dengan tinggi sekitar 160 cm, terlihat serasi sekali dengan kulit badannya yang putih halus. Meskipun Riska lebih suka memakai celana panjang dan kaos yang body fit, namun aku tahu kakakku mempunyai sepasang kaki yang sangat indah. Aku sangat mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuh kakakku. Dadanya yang membusung dengan rambutnya yang hitam lurus terurai, membuat kakakku pasti akan terlihat sexy dimata siapapun juga. Tidak heran diusianya yang baru mencapai 22 tahun, kakakku Riska menjadi incaran cowok-cowok di kampusnya.
Dua tahun yg lalu kami berkenalan secara kebetulan dengan Albert disebuah toko jam di Mal Anggrek. Aku menemani kakakku untuk jalan-jalan sekalian hendak memperbaiki jam tangan kesayangan kakakku yang tidak berfungsi. Pertama memasuki toko jam tersebut, aku menyaksikan seorang wanita cantik berusia sekitar 25 thn sedang berbincang-bincang dengan seorang pemuda berdasi yang berpenampilan sangat rapi. Menunggu kakakku yg sedang berbincang dgn wanita cantik tersebut yg ternyata adalah pemilik tokonya, aku berjalan mengelilingi etalase sambil melihat-lihat aneka jam tangan yang bagus-bagus. Kepingin rasanya membeli salah satu jam fancy yg sangat menarik perhatianku, tetapi melihat harganya kuurungkan niat yg mungkin akan menguras tabunganku.
”Hai...boleh tuch untuk nambah koleksi jam tangannya !”, sapa seseorang disampingku tanpa kusadari. Aku menoleh kesamping dan melihat ternyata yg menegurku adalah dia yg tadi menemani pemilik toko yg cantik tadi berbincang-bincang. Entah karena mukanya yg memang tampan atau senyumnya yang menawan, yg jelas sambil menoleh aku hanya tersenyum dan tidak lama kemudian kami larut dalam obrolan kecil mengenai aneka jam tangan. Ternyata dia cukup memahami perihal trend jam tangan untuk wanita dan sempat membuatku tertarik dengan model rantai lebar yang berhias bordir naturalis. Sikapnya yg ramah membuatku tidak menolak ketika dia mengulurkan tangannya memperkenalkan diri. Aku baru tahu namanya adalah Albert dan ternyata sedang bertandang ke tempat nasabahnya yang cantik itu. Tidak lama aku dan kakakku berada di toko jam tersebut, setelah kakakku memperoleh tanda terima dari si pemilik toko karena harus meninggalkan jam nya untuk diservis, kami langsung beranjak dari toko tersebut dengan hadiah sebuah kartu nama dari Albert. Dalam pikiranku, apa ga bisa cari nasabah yg lain...sampai-sampai mahasiswi aja di follow up jadi nasabah.
Tidak lama kami di Mal Anggrek. Setelah melihat-lihat baju dibeberapa outlet yang ada disana, aku dan kakakku berjalan menuju tempat parkir di P-10 lewat lift. Sambil jalan-jalan, sempat aku dan kakakku sekilas memperbincangkan tentang Albert yang menurut kami sedang merayu pemilik tokonya. ”Hi..hi.hi...kalau melihat gayanya Albert sich, tidak lama lagi akan ikut jadi pemilik toko jam tersebut”, sergahnya sambil cekikian kecil.
Entah lagi buru-buru atau kakakku yg kurang ahli memundurkan mobil, waktu mau mengeluarkan mobil dari tempat parkir, bumper belakang mobil kami menyenggol bumper belakang sebuah sedan hitam yg parkir tepat disamping kami. Mendengar bunyi gedebuuuuk.....aku dan kakakku terhenyak sebentar, tapi lebih kaget lagi ketika kami langsung didatangi pemilik mobil yg ternyata bapak-bapak setengah tua. Kami lantas turun dan betapa kaget kami menyaksikan bumper toyota Altis yang kesenggol itu peyok sampai kedalam. Terjadi dialoq kecil yg intinya bagaimana kami mempertanggung jawabkan kerusakan yg terjadi, karena memang menurutku itu salah kakakku yg buru-buru mundur ke belakang. Ternyata bapak setengah tua itu adalah supir dari bos nya dan tidak bisa memutuskan harus bagaimana, tetapi kami diminta menunggu sebentar sambil dia memberitahukan kejadiannya kepada bos nya lewat HP. Lima belas menit lewat dan alangkah terkejutnya kami ketika melihat orang yg menghampiri kami. Ternyata pemilik mobil tersebut adalah cowok ganteng yg barusan kami kenal di toko jam.
Entah apa maksudnya....Albert tidak terlalu mempermasalahkan kerusakan yg terjadi. Sebagai gantinya kakakku harus memberitahukan nomor HP nya dengan alasan nanti akan diberitahukan berapa kerugian yg harus kami tanggung setelah dibawa ke bengkel. Apa boleh buat, terpaksa kami mengiyakan apa yg dikatakan Albert. Sebelum menuju pulang, kami sempat menyaksikan Albert tersenyum kepada kami sambil berpesan ”Hati-hati ya nyetirnya...jangan sampai urusan lagi sama orang”. Sialan...gerutuku dalam hati, awas aja kalo ntar minta gantinya yg bukan-bukan, peduli amat nanti.
Itulah awal perkenalanku yg unik dengan Albert. Ternyata Albert memang tidak pernah mempermasalahkan apa yg terjadi pada hari itu...namun sejak saat ...


...itu, justru itu merupakan awal kami akrab sama Albert. Albert sangat pinter bicara, dan termasuk tipikal cowok yg humoris. Dari waktu ke waktu hubungan kami menjadi semakin dekat, dan dengan sikapnya yg simpatik, kusaksikan Albert akhirnya bisa mengajak kakakku keluar jalan-jalan. Lama kelamaan...hubungan kakakku dengan Albert semakin dekat, kadang-kadang kakakku mau kalau dijemput waktu pulang kuliah, atau kakakku sudah berani keluar berdua entah pergi jalan-jalan atau nonton diwaktu malam minggu.
Resmilah kakakku menjadi pacar Albert ketika suatu malam aku mendengarkan pengakuan dari kakakku bahwa dia telah dicium pipinya sama Albert. Albertpun diterima dikalangan keluarga kami dan tak jarang sering diajak makan malam sama papi mami. Rupanya papi mami menerima kehadiran Albert yang memang ideal jadi calon mantu. Bukan hanya pinter mengambil hati orang tua, tapi Albert memang seorang yg mempunyai latar belakang yg baik dari keluarga baik-baik. Entah bagaimana cara Albert merayu, tapi aku salut kalau dalam waktu singkat bisa mendekati kakakku yang aku tahu mempunyai hati yg keras terhadap cowok. Namun ada untungnyalah buatku, sesekali aku diajak nonton bareng sama mereka dan tidak jarang dikenalkan kepada teman-teman kerja Albert di bank. Namun tidak ada yg menarik perhatianku dari semua yg pernah aku kenal.
Diusiaku yg baru menginjak 20 tahun, aku tumbuh sebagai seorang gadis yg cukup dimanjakan orang tua. Kata orang tuaku, mukaku manis dan tidak kalah cantik dengan kakakku. Dalam hal body, meskipun dadaku tidak sebusung kakakku, tapi ukuran payudaraku termasuk besar dan aku tahu bentuknya sangat indah. Rambutku juga lurus seperti kakakku. Bedanya kalau kakakku suka memakai celana panjang, aku lebih suka pakai rok sehingga jenjang kakiku yg putih mulus bisa dinikmati oleh mata-mata pria jalang yg idak bisa melihat paha mulus.
Albert termasuk seorang yg cukup romantis... dan sering membawakan hadiah untuk kakakku. Sesekali akupun kecipratan coklat atau souvenir dari koko Albert. Beberapa kali sempat aku melihat kalau mau pulang Albert menghadiahkan ciuman pipi untuk kakakku. Yg lucu, pada suatu hari tepatnya malam minggu......secara ga sengaja aku berjalan ke ruang tamu...tanpa kusadari ternyata aku melihat Albert sedang berciuman sama kakakku. Karena kaget...aku langsung berpaling meninggalkan mereka tanpa sepatah kata. Malam itu aku dan kakakku cekikikan berdua dan aku menggodain kakakku habis-habisan.
”Ayo...gimana rasanya sich tadi”, godaku sambil ketawa-ketawa.
Semalaman kami bercanda dikamar tidur kakakku sambil melempar-lemparkan guling bantal.
Aku juga turut senang dengan apa yg dialami kakakku. Sejak menjadi pacar Albert, kakakku keliatan selalu ceria dan penuh semangat. Aku tahu kakakku telah mendapatkan cowok pilihannya, dan kakakku sangat sayang sama Albert. Kalau mendengar ceritanya, kadang-kadang aku sampai iri dibuatnya.
Suatu hari...Albert main kerumah tepat papi mami sedang ke surabaya menghadiri resepsi teman mami. Menemani kakakku dan Albert, kami ngobrol sampai jam 10-an malam dan setelah itu kutinggalkan mereka berdua ngobrol diruang tamu. Aku ga mau mengganggu mereka, lebih baik aku ke kamar nonton TV saja. Kira-kira setengah jam kemudian, aku berniat mengambil minum ke bawah...dan menuruni tangga pelan-pelan. Karena rumahku termasuk besar, jarak antar kamarku yg dilantai dua dengan ruang tamu cukup jauh.

Tidak ada komentar: